Dalil Ibadah Isti'anah
dalil isti’anah termasuk ibadah
Section titled “dalil isti’anah termasuk ibadah”beliau mengatakan:
dan dalil isti’anah (memohon pertolongan) adalah termasuk ibadah, adalah firman Allah Ta’ala, yaitu di dalam surah Al-fatihah:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
hanya kepadamu lah ya Allah, kami menyembah dan hanya kepada mu lah ya Allah kami memohon pertolongan.
dan ini dibaca didalam sholat kita setiap rakaat. masing-masing dari kita senantiasa membaca ayat ini.
pengakuan dan janji dari seorang hamba bahwasanya dia hanya menyembah kepada Allah dan dia hanya memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
menunjukkan kepada kita bahwasanya al-isti’anah adalah termasuk ibadah, karena Allah mengatakan:
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
hanya kepadaMulah ya Allah kami memohon pertolongan.
Bisa beribadah dengan baik karena pertolongan Allah
Section titled “Bisa beribadah dengan baik karena pertolongan Allah”dan disebutkan isti’anah setelah ibadah, karena tidak mungkin seseorang bisa beribadah dengan baik kepada Allah kecuali apabila mendapatkan pertolongan dari Allah.
seseorang tidak mungkin beriman dengan baik kecuali apabila ditolong Allah subhanahu wa Ta’ala.
tidak mungkin melakukan sholat dengan ikhlas dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam kecuali apabila ditolong Allah subhanahu wa Ta’ala.
tidak mungkin bisa bersodaqoh kecuali apabila ditolong Allah subhanahu wa Ta’ala.
dan seluruh ibadah yang dia lakukan, baik hajinya , umrohnya; dan seluruh ibadah yang dia lakukan, tidak mungkin bisa diamalkan kecuali mendapatkan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta’ala.
rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
لَوْلا الله مَا اهْتَدَينَا ولا تَصَدَقنَا ولا صَلَيْنا
kalau bukan karena Allah niscaya kita tidak mungkin mendapatkan hidayah dan tidak mungkin kita bersodaqah, melakukan sholat.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
hanya kepadaMu lah ya Allah kami menyembah dan hanya kepada Mu lah ya Allah kami memohon pertolongan.
Jangan sampai bertawakal kepada diri sendiri
Section titled “Jangan sampai bertawakal kepada diri sendiri”jangan sampai seorang hamba melakukan ibadah, bertawakal kepada dirinya sendiri, dan lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. seakan-akan dia lah yang bisa melakukan ibadah ini dengan kemampuan dia sendiri, dengan ilmu yang dia miliki, dengan harta yang dia miliki, lupa beristi’anah (memohon pertolongan) kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. dan yang demikian adalah tercela: tidak beristi’anah kepada Allah, dan bertawakal kepada dirinya sendiri didalam ibadah.
rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah berdoa:
وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
ya Allah janganlah Engkau jadikan aku bertawakal kepada diriku sendiri meksipun hanya sekejap mata.
bertawakal kepada dirinya sendiri, seakan-akan dia mampu untuk melakukan ini semua. bertawakal kepada dirinya sendiri adalah termasuk perkara yang tercela.
Kita diperintahkan ber-isti’anah kepada Allah
Section titled “Kita diperintahkan ber-isti’anah kepada Allah”seseorang beribadah kepada Allah, dan memohon pertolongan kepada Allah didalam ibadah tersebut.
dan ini bukan hanya didalam masalah ibadah, beramal didalam perkara dunia, kita juga diperintahkan untuk beristi’anah kepada Allah, memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
didalam mencari rezeki, menyelesaikan pekerjaan, dan didalam perkara-perkara dunia yang lain, didalam kehidupan kita sehari-hari, memohon pertolongan kepada Allah didalam perkara yang bermanfaat, sebagaimana sabda nabi shalallahu ‘alaihi wassalam:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
hendaklah engkau bersemangat untuk melakukan apa yang memberi manfaat kepada mu, dan hendaklah engkau memohon pertolongan kepada Allah.
kita disuruh semangat didalam perkara yang memberi manfaat untuk diri kita. dan ini mencakup perkara agama dan juga perkara dunia, dan kita diperintahkan setelah itu, dan hendaklah engkau memohon pertolongan kepada Allah, demikian lah seorang muslim dalam kehidupan nya sehari-hari, dia hanya menyembah kepada Allah dan hanya memohon pertolongan, bantuan kepada Allah.
2 Macam isti’anah
Section titled “2 Macam isti’anah”1. Isti’anah yang merupakan Ibadah
Section titled “1. Isti’anah yang merupakan Ibadah”disana ada isti’anah yang merupakan ibadah, sebagaimana dalam ayat ini:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
dan ini tidak boleh diserahkan kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
isti’anah (memohon pertolongan) yang merupakan ibadah adalah isti’anah yang isinya ada rasa dzul (merendahkan diri) di hadapan Dzat yang diminta pertolongan, dan didalamnya ada mahabbah, istiqor (ketergantungan),
apabila diserahkan kepada makhluk yang hidup maupun yang mati, meminta pertolongan kepada nya dengan merendahkan diri nya seakan-akan dia adalah tuhan, dengan penuh rasa cinta, rasa ketergantungan, seakan-akan dia yang memberikan manfaat dan memberikan mudharat, seakan-akan ditangannya manfaat dan juga mudharat, maka ini tidak diperbolehkan dan hukumnya adalah haram, termasuk syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti seseorang beristi’anah kepada orang yang sudah meninggal, baik dia adalah orang yang sholeh maupun selain orang yang tidak sholeh, adalah perkara yang diharamkan.
2. Isti’anah dengan makhluk, ada syaratnya
Section titled “2. Isti’anah dengan makhluk, ada syaratnya”dan ada isti’anah dengan makhluk yang diperbolehkan, apabila memenuhi 3 syarat:
- pertama, orang yang dimintai tolong masih hidup.
- kedua, dia hadir didepan kita, sehingga memungkinkan dia untuk menolong, atau mendengar ucapan kita; atau di zaman sekarang bisa dengan jarak jauh dengan cara dia mendengar apa yang kita ucapkan. seperti seseorang meminta pertolongan kepada orang lain melalui alat komunikasi seperti hp, maka ini diperbolehkan.
- ketiga, tidak boleh seseorang bertawakal kepada sebab tersebut dan harus meyakini bahwa itu hanya lah sebab, adapun tawakal maka itu harus diserahkan hanya kepada Allah semata.
apabila terpenuhi 3 syarat ini maka boleh seseorang isti’anah kepada makhluk.
dan didalam sebuah hadits, rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda
وفي الحديث: “إذَا اسْتَعَنْت فَاسْتَعِنْ بالله”
apabila engkau beristi’anah maka hendaklah engkau beristi’anah kepada Allah.
ini adalah hadits dari ibnu Abbas.