77: Rasulullah Telah Menyampaikan dan Mengajarkan Semua Bentuk Kebaikan
beliau mengatakan,
dan ini adalah agamanya,
yaitu al-Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimiin. as sunnah yang dibaca dan dihafal oleh kaum muslim. maka ini adalah agama rasulullah shallallahu alaihi wassalam yang sampai sekarang masih ada dan terjaga.
ini adalah agama beliau
yang sekarang kita sedang memeluknya, sedang melaksanakannya, mengimaninya, yang sedang kita pelajari rukun-rukun nya, yang kita pelajari syariat yang ada didalam nya.
ini adalah agama beliau.
tidak ada kebaikan kecuali beliau sudah menjelaskan kepada umat, menunjukkan kebaikan kepada umat.
kalau itu adalah khair dan beliau mengetahuinya, maka beliau sudah menunjukkan umat kepada kebaikan tersebut.
tidak ada kebaikan, kecuali beliau sudah menunjukkan kepada umat tentang kebaikan tersebut.
mungkin ditunjukkan oleh beliau, ucapan beliau secara langsung. ini adalah kebaikan, ini sholat malam, ini membaca al-Qur’an termasuk kebaikan, atau terkadang lewat tingkah laku dan juga periaku dan amalan beliau.
sebuah kebaikan, diamalkan oleh beliau kemudian orang-orang islam, mereka melihat bahwasanya nabi shallallahu alaihi wassalam adalah seorang rasul. mengajari kita. sehingga mereka melihat apa yang dilakukan oleh nabi shallallahu alaihi wassalam.
dan terkadang beliau menunjukkan kepada umat itu adalah kebaikan, dengan takrir (yaitu dengan menyetujui), dilakukan oleh sebagian sahabat. kemudian beliau ada disana dan beliau tidak mengingkari. menunjukkan itu adalah sesuatu yang boleh
tidak ada kebaikan, kecuali beliau telah menunjukkan kepada umat tentang kebaikan tadi
barangsiapa yang sekarang melakukan kebaikan, melakukan sesuatu yang dia anggap baik. sementara kalau kita teliti, kita kembali kebelakang, rasulullah shallallahu alaihi wassalam belum pernah mengatakan atau melakukan sesuatu yang dianggap baik tadi, atau mentakrir sesuatu yang dianggap baik tadi, meskipun manusia mengatakan itu baik; ketauhilah bahwasanya itu bukan sebuah kebaikan. karena kalau itu kebaikan, pasti sudah disampaikan nabi shallallahu alaihi wassalam.
Kalau sekarang ada sesuatu dianggap baik oleh manusia tapi ternyata tidak dilakukan dan tidak diucapkan, tidak ditaqrir oleh Nabi shallallahu alaihi wassalam ketahuilah bahwasanya itu bukan kebaikan meskipun manusia menganggap itu adalah baik dan segala sesuatu yang baru yang dianggap oleh manusia itu adalah baik padahal itu baru, tidak pernah ditunjukkan oleh Nabi shallallahu alaihi wassalam maka itu adalah bid’ah, sesuatu yang baru.
Dan setiap sesuatu yang baru itu adalah sesat karena Nabi shallallahu alaihi wassalam telah menyampaikan semuanya dan itulah kebaikan yang disampaikan oleh beliau itulah kebaikan, adapun yang tidak disampaikan oleh Beliau shallallahu alaihi wassalam setelah itu kemudian dilakukan oleh manusia dan menisbahkan itu semua adalah bagian dari agama maka itu adalah syar itu adalah sesat
وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
Yang paling jelek adalah yang baru yang di ada-adakan oleh manusia
وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
Dan setiap yang baru itu adalah bid’ah
وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Dan setiap yang bid’ah maka itu adalah sesat.
Berkata Abdullah Ibn Umar:
Setiap bid’ah itu adalah sesat meskipun manusia memandang dan melihat itu adalah sebuah hasanah sebuah kebaikan.
Pandangan manusia itu tidak berdasarkan wahyu, adapun Nabi shallallahu alaihi wassalam maka beliau menyampaikan berdasarkan wahyu Allah subhanahu wa ta’ala, meskipun manusia menganggap itu adalah hasanah jangan tertipu dengan anggapan dan juga pandangan mereka karena kalau mereka menganggap sesuatu yang baik itu hasanah ketahuilah bahwasanya yang menghias-hiasi kejelekan tadi sehingga dianggap oleh manusia menjadi baik yang menghias-hiasi adalah setan. Setan dialah yang menghiasi sesuatu yang jelek sehingga dipandang oleh manusia adalah sebuah kebaikan.
وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
(Qs. al-An’am: 43)
Setan menghias-hiasi bagi mereka apa yang mereka kerjakan
sesuatu yang bid’ah dianggap itu hasanah, penyembahan terhadap orang shaleh dianggap ini adalah cinta kepada wali-wali Allah subhanahu wa ta’ala dan seterusnya