85: Agama Islam Telah Sempurna (Bagian 2)
Orang-orang Yahudi ketika mereka mendengar tentang turunnya ayat ini,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً [المائدة:3
Mereka mengatakan kepada Umar Bin Khatab,
يا أمير المؤمنين، آية في كتابكم تقرؤونها، لو نزلت علينا معشر اليهود لاتخذنا ذلك اليوم عيدا
Wahai Amirul Mu’minin, yaitu Umar Bin Khattab, sebuah ayat di dalam Kitab kalian, yaitu di dalam Al-Qur’an, seandainya, yang kalian membacanya, turun ayat tersebut kepada kami orang-orang Yahudi, niscaya kami akan menjadikan hari turunnya Ayat itu sebagai hari raya,
قال: أي آية؟
Umar mengatakan ayat apa yang kau maksud? Yang seandainya itu turun kepada kalian, kalian akan menjadikan itu sebagai hari raya kalian.
قال: {اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
Hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridhoi Islam sebagai agama kalian.
Ini adalah ayat yang dimaksud oleh orang Yahudi itu.
قال عمر: قد عرفنا ذلك اليوم
Umar mengatakan kami telah mengetahui اليوم yang dimaksud oleh Allah اليوم أكملت, hari tersebut kami tahu,
والمكان الذي نزلت فيه على النبي صلى الله عليه وسلم
bahkan kami juga mengetahui tempatnya, bukan hanya harinya saja, tempatnya ketika turun ayat ini kami tahu.
Karena tadi orang Yahudi mengatakan seandainya itu turun kepada kami, kami jadikan harinya sebagai hari raya dan Umar menjawab kami tahu harinya bahkan kami tahu tentang tempatnya.
وهو قائم بعرفة يوم جمعة
Beliau shallallahu alaihi wassalam dalam keadaan berdiri di Arafah, yaitu wukuf di Arafah, يوم جمعة harinya adalah hari Jum’at.
Jadi hari Jum’at di Arafah, itulah waktu dan tempat turunnya ayat ini.
Syahidnya di sini bagaimana orang Yahudi berkeinginan seandainya agama ini adalah agama yang sempurna sebagaimana agama yang dimiliki oleh umat Islam dan di dalam hadist yang lain ada orang yang berkata kepada Salman dan mereka adalah orang-orang Yahudi.
قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ
Sungguh Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampai al-khira’ah (tata cara buang air), sampai perkara demikian diajarkan?
قَالَ فَقَالَ أَجَلْ
maka Salman mengatakan “Iya”,
dengan bangganya dia mengatakan iya, sungguh Beliau shallallahu alaihi wassalam telah mengajarkan kepada kami segala sesuatu.
لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ
Beliau telah melarang kami untuk mengarahkan diri kami ke arah kiblat ketika buang air besar maupun buang air kecil.
Jadi para ulama berselisih pendapat larangan ini khusus orang yang berada di luar yaitu di luar gedung, di luar bangunan atau masuk di dalamnya orang yang buang air kecil atau buang air besar berada di dalam bangunan. Ini ada khilaf diantara para ulama.
Jelas di sini diatur, sampai arahnya diatur karena kiblat di sana ada Baitullah,
أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِيْنِ
dan Beliau melarang kami untuk ber’istinja dengan tangan kanan.
أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بَأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ
dan melarang kami untuk beristinja dengan kurang dari 3 batu.
Bisa istinja dengan batu tapi tidak boleh kurang dari 3. Allah subhanahu wa ta’ala tahu kalau kurang dari 3 demikian dan demikian, itu Allah tahu dan itu di bawah ilmu Allah subhanahu wa ta’ala, mungkin kita tidak tahu hikmahnya tapi kalau sudah lebih dari 3 maka ini sudah sah dianggap seseorang dalam keadaan suci.
أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بَرَجِيْعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
Dan dilarang kita untuk beristinja dengan roji’ atau dengan ‘adzm.
Roji’ adalah kotoran hewan yang sudah kering, tidak boleh menggunakan kotoran hewan yang sudah kering, atau dengan tulang juga tidak diperbolehkan.
Ini semuanya diatur di dalam agama kita. Kalau sesuatu yang remeh saja seperti ini lengkap diatur di dalam agama kita, lalu bagaimana dengan perkara yang lebih besar dari pada ini.